Latest News

Showing posts with label PLTN - Untuk Sejahtera. Show all posts
Showing posts with label PLTN - Untuk Sejahtera. Show all posts

Friday, November 11, 2011

Nuklir dan Pemanfaatannya

Sekitar 30 persen rakyat Indonesia belum merasakan nikmatnya hidup bersama listrik.

Nuklir selama ini identik dengan sesuatu yang menakutkan. Bom atom Hiroshima, Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir Chernobyl, insiden Fukushima, serta hal-hal lain yang dipersepsikan menakutkan.

Padahal telah berpuluh tahun nuklir ada di tengah masyarakat dan akrab dalam kehidupan keseharian. Kedokteran adalah bidang yang sudah sejak lama memanfaatkan nuklir.

Sejak puluhan tahun lalu, berbagai rumah sakit nasional telah memanfaatkan radioisotope produksi dalam negeri guna keperluan diagnosa atau pun terapi aneka macam penyakit.

Pertanian juga menjadi bidang yang telah lama menerima faedah teknologi nuklir. Nuklir yang sering dikampanyekan menakutkan justru bisa digunakan untuk menghasilkan benih-benih tanaman unggul yang dibutuhkan bagi peningkatan produksi.

Peneliti-peneliti nuklir dalam negeri telah banyak sekali menghasilkan benih-benih unggul melalui pemanfaatan teknologi nuklir dengan proses iradiasi. Benih padi unggul hasil pemanfaatan nuklir ini bisa memproduksi 11 ton padi berkualitas pada tiap hektarnya.

Tak ketinggalan dengan pertanian dan kedokteran, peternakan juga adalah sektor yang turut menikmati kegunaan teknologi nuklir. Nuklir ternyata bisa digunakan untuk membuat vaksin bagi penyakit tertentu pada hewan ternak.

Tak hanya itu, nuklir juga ternyata bisa dipakai untuk mengukur unsur serta kandungan partikel yang bertebaran di udara.

Sektor industri juga turut merasakan keuntungan melalui pemanfaatan nuklir. Jadi, nuklir ternyata memiliki banyak manfaat dalam kehidupan keseharian kita.

Nuklir tak ubahnya energi lain seperti air, udara, dan api yang dalam jumlah, takaran dan penanganan tertentu pasti bisa menjadi kawan. Sebaliknya, jika dalam jumlah, takaran yang berlebih, air, udara dan api sekalipun bisa menjadi bencana kemanusian yang dahsyat. Tsunami, banjir, kebakaran hunian, pabrik, pasar dan hutan, misalnya.

Sebagai manusia yang hidup di zaman modern, tak pernah bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika harus hidup tanpa listrik. Yang pasti segalanya akan menjadi serba gelap, hitam dan tak tampak.

Namun, pernahkah kita berpikir bahwasanya di negeri yang kita cintai ini telah terjadi ketidakseimbangan antara penggunaan dan pasokan listrik.

Faktanya, pemadaman bergilir saat ini masih terjadi dan menghantui beberapa daerah di tanah air.Belum lagi masih ada 30 persen rakyat Indonesia yang belum merasakan nikmatnya hidup bersama listrik.Pembangkit-pembangkit listrik yang kita miliki ternyata belum mencukupi kebutuhan akan listrik.

Berangkat dari hal itu, pemerintah berencana untuk terus menambah jumlah pembangkit listrik, mulai dari energinya bersumberkan batubara, minyak bumi, gas, panas bumi, angin, sinar matahari, sampah, hingga nuklir.

Manfaat lain dari nuklir adalah bahwa energi ini bisa digunakan menjadi pembangkit tenaga listrik. Karena itu pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menjadikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai sebuah alternatif bagi pemenuhan energi di masa depan.

Target peningkatan pertumbuhan ekonomi, sebagai upaya pengentasan pengangguran dan kemiskinan, tentu akan menjadi sekadar mimpi di siang bolong, apabila negeri ini tidak memiliki kecukupan energi listrik.

PLTN pun dinilai bisa menghemat penggunaan energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara yang cadangannya terus kian menipis.

Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/254284-nuklir-dan-pemanfaatannya

Tuesday, November 8, 2011

Indonesia perlu contoh India bangun PLTN murah

Indonesia seharusnya mencontoh India dalam mengimplementasikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang menghasilkan harga listrik sangat murah, namun memiliki standar keamanan dan keselamatan tinggi, kata seorang pakar.

"India mampu menyediakan listrik dari PLTN dengan harga sangat murah, dua sen dolar AS per kWh, tapi memiliki standar keamanan dan keselamatan tinggi seperti yang dipunyai Barat," kata pakar nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Zaki Su`ud pada Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) tentang "Pentingnya Diseminasi Iptek Nuklir di Indonesia" di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, meskipun AS terus menawarkan teknologinya kepada India, India memilih menggunakan teknologi nuklir milik Rusia yang standar keamanannya rendah namun sangat murah dua sen dolar AS per kWh.

"Tapi ahli India mendesain kembali teknologi tersebut dan membuatnya menjadi seaman milik Barat, namun menghasilkan harga listrik yang tetap murah dan dijual juga dengan harga 2 sen dolar AS per kWh. Mereka memang hebat," katanya sambil membandingkan harga listrik PLTU batubara di Indonesia yang mencapai 7-8 sen dolar AS per kWh.

Sementara China saat ini juga menargetkan membangun 130 PLTN lagi dengan teknologi baru yang harganya 60-70 persen lebih murah dari harga PLTN yang sudah ada.

Zaki juga menuturkan, bahwa teknologi PLTN saat ini sudah semakin aman dan memiliki standar keselamatan sangat tinggi, berbeda dengan teknologi PLTN sebelumnya.

"Saat ini sudah dimanfaatkan di sejumlah negara PLTN generasi III yang mengandalkan sirkulasi alami yang selain otomatis "shutdown" jika terjadi kecelakaan, juga memiliki sistem pendingin yang langsung bekerja ketika shutdown sehingga apa yang terjadi di Fukushima tidak akan lagi terjadi. Selain itu tidak mungkin lagi bisa disabotase seperti Chernobyl," katanya.

Sementara itu, aktivis Masyarakat Anti Nuklir Indonesia (Manusia) Dian Abraham yang juga hadir dalam diskusi tersebut mempertanyakan harga listrik PLTN yang bisa sangat murah seperti yang dikemukakan Zaki itu.

"Perlu diteliti dulu apakah benar harga itu, data yang kami miliki biaya pembangunan PLTN sangat besar sehingga selain resikonya tinggi, harga listriknya juga tetap mahal. Perlu dilihat kemungkinan subsidi pemerintah India," katanya.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan Budi Sudarsono mengatakan, pembangunan PLTN pertama kali memang akan mahal, sedikitnya Rp16 triliun untuk satu PLTN berkapasitas 1.000 MW, namun untuk pembangunan PLTN berikutnya harganya akan semakin murah.

Hadir pula dalam FGD tersebut Kepala Pusat Diseminasi Iptek Nuklir Batan Totti Tjiptosumirat, anggota Komisi VII DPR RI Sohibul Iman dan Pengamat Nuklir yang kontra PLTN Iwan Kurniawan.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/280606/indonesia-perlu-contoh-india-bangun-pltn-murah

Wednesday, August 3, 2011

Dukunglah Pembangunan Reaktor Nuklir PLTN Indonesia

Meski banyak yang keberatan sama pembangkit listrik tenaga nuklir namun ternyata indonesia punya tiga reaktor Nuklir Indonesia kendati dalam bentuk riset, yaitu di Serpong(Banten), Batan Bandung (DKI Barat), dan Batan Yogyakarta. Tiga reaktor Nuklir regular sebenarnya sudah siap dikembangkan termasuk untuk membangun Pembangkit listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Apalagi, kebutuhan listrik cukup mendesak karena bahan bakar fosil akan habis. Listrik di DKI saja kurang apalagi di luar DKI. Listrik merupakan komponen penarik investor ke Indonesia.

Ahli-ahli Indonesia sudah sangat siap dan bahkan mereka telah melakukan sudah beberapa kali riset. Teknik Nuklir aman-aman saja selama ini. Mengenai bahaya radiasi reaktor nuklir yang bocor bahaya itu ada di mana saja dan bukan hanya nuklir.

Pengamanan teknologi nuklir itu memiliki empat lapis, masalahnya, Indonesia selama ini hanya beriset terus saja sejak 1970-an, padahal Vietnam sudah punya bahkan Malaysia dan Filipina segera membangun PLTN.

Lalu, apa yang kita tunggu? Masalah mendasar di Indonesia adalah protes, dari kalangan Lembaga swadaya Masyarakat, tetapi sebenarnya tidak didasarkan data yang akurat, lebih didorong persaingan antarnegara itu karena ada negara-negara tertentu yang menghendaki negara lain tidak menguasai teknologi nuklir, lalu mereka memanfaatkan LSM .

Sekarang tergantung kepada keputusan pemerintah jika lokasi PLTN di DKI terus diprotes maka di luar DKI dapat menjadi alternatif.

Masyarakat Riau berminat untuk ditempati lokasi PLTN, Kalimantan juga. Di luar DKI listrik kebutuhannya lebih banyak.

Untuk dana, bukan persoalan mendasar karena sudah lama Indonesia mendapat tawaran dari Kanada dan Perancis. investasi mahal memang awalnya, tapi bisa bekerja sama dengan Kanada dan Perancis, dan akan murah bila sudah operasional.

PLTN di Indonesia memang penting karena energi fosil di Indonesia mulai menyusut apalagi Indonesia sudah mempunyai ahli-ahli tentang nuklir. Pilihan Indonesia terhadap nuklir dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan energi alternatif lainnya.

Ada banyak orang mati ketabrak mobil. Apa lalu kita tidak boleh menyeberang jalan? Yang jelas, segala sesuatu pasti ada konsekuensi dan resikonya. Kalau Indonesia tidak segera memutuskan, lalu kapan lagi?

Sumber : http://green.kompasiana.com/polusi/2011/03/28/dukunglah-pembangunan-reaktor-nuklir-pltn-indonesia/