Latest News

Showing posts with label Energi - Biomassa. Show all posts
Showing posts with label Energi - Biomassa. Show all posts

Sunday, September 18, 2011

Biomassa Sumber Energi Masa Depan Indonesia

Sumber energy baru terbarukan sedang digalakan saat ini berbagai kuliah umum, seminar, dan konferensi telah banyak membahas tentang sumber energy baru terbarukan hal ini diharapkan tumbuh gagasan dan ide untuk mencari dan menemukan sumber energy alternative sebagai penyeimbang sumber energy dari bahan bakar fosil. Khususnya untuk Indonesia penggunaan energy masih dominan pada bahan bakar fosil, menurut BPS pada tahun 2008 mencatat penggunaan energi 26,5 % dari gas bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bahan bakar fosil merupakan sumber energy yang tak terbarukan dimana proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Jika sumber energy ini digunakan secara terus menerus maka akan mengalami kelangkaan yang akhirnya berakibat pada krisis energy. Maka dari pada itu penggunaan energi dari bahan bakar fosil harus diseimbangkan dengan sumber energy terbarukan seperti biogas, sel surya, biomassa, angin, biooil, dan lain-lain.

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk energy terbarukan salah satunya adalah biomassa, biomassa bisa dijadikan penyeimbang dan meminimalisir ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, biomassa dapat diolah menjadi biogas sebagai penyeimbang gas alam, biooil sebagai penyeimbang minyak, dan briket sebagai penyeimbang batubara serta gas. Selain itu keterdapatan dan pengolahannya dapat dilakukan dengan sederhana maupun perseorangan.

Sejumlah pakar berpendapat, penggunaan biomassa sebagai sumber energi terbarukan merupakan jalan keluar dari ketergantungan manusia pada bahan bakar fossil. Saat ini BPS mencatat cadangan terbukti gas alam Indonesia mencapai 3,18 triliun meter kubik diperkirakan akan habis 46 tahun lagi, cadangan terbukti batubara 4,3 milyar ton diperkirakan akan habis 19 tahun lagi dan cadangan terbukti minyak bumi Indonesia hanya 3,7 milyar barrel diperkirakan akan habis sekitar 10 tahun lagi. Dengan catatan penggunaan energi 26,5 % dari gas bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi. Jika biomassa digunakan sebanyak 20% atau lebih maka dapat menghemat bahan bakar fosil sehingga tidak menciptakan masalah krisis energy yang berdampak pada bidang ekonomi dan kelangkaan bahan bakar fosil yang kita takutkan dapat diselesaikan dan biomassa bisa menjadi cadangan energy yang efektif saat mencari atau mengeksplorasi bahan bakar fosil yang masih ada.

Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi yang besar untuk biomassa hal ini dikarenakan Indonesia banyak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai biomassa baik saat masih hidup maupun sudah mati, berdasarkan studi yang dilakukan sebuah lembaga riset di Jerman (Zentrum for rationalle Energianwendung und Umwelt, ZREU) pada tahun 2000 mengestimasi potensi biomassa Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun.

Sumber utama dari energi biomassa berasal dari residu padi (potensi energi sebesar 150 GJ/ tahun), kayu rambung/kayu karet (120 GJ/ tahun), residu gula (78 GJ/ tahun), residu kelapa sawit (67 GJ/ tahun dan residu kayu lapis dan irisan kayu/ veneer, residu penebangan, residu kayu ulin, residu kelapa dan sampah pertanian lain (kurang dari 20 GJ/ tahun). Jika potensi ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal maka akan memecahkan permasalahan energy yang terjadi selama ini, salah satu sumber biomassa yang mudah didapatkan dan berada disekitar kita adalah sampah.

Berdasar perhitungan Bappenas dalam buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbunan sampah di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar produk sampah perkapita berkisar antara 600-830 gram per hari (Mungkasa, 2004). Berdasarkan data tersebut maka kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat menjadi 1610 ha di tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan kosong di kota besar. Menurut data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang diangkut hanya mencapai 18,3 %, ditimbun 10,46 %, dibuat kompos 3,51 %, dibakar 43,76 % dan lainnya dibuang di pekarangan pinggir sungai atau tanah kosong sebesar 24,24 % .

Sampah yang dapat dijadikan biomassa yaitu sampah organic yang meliputi sampah atau limbah pertanian dan perkebunan (onggol jagung, sekam padi, tandan kelapa sawit, dan lain-lain), sampah rumah tangga (sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain), sampah perkantoran seperti kertas, dan banyak lagi sampah-sampah organic yang dapat dijadikan sumber biomassa. Pemamfaatan biomassa dari sampah dapat menyelesaikan permasalahan sampah yang terjadi saat ini, selama ini kita menganggap sampah sesuatu yang tidak berguna dan sering dibakar secara percuma atau tidak dimanfaatkan sama sekali, padahal jika sampah ini diolah dengan teknologi biomassa seperti pirolisis, gasifikasi, dan karbonisasi maka sampah yang tidak berguna tersebut bisa menjadi sesuatu yang berguna yaitu briket yang dapat dijadikan bahan bakar kompor, bahan bakar cair yang juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar kompor, lebih baik lagi menjadi biooil yang dapat menggerakan motor seperti bensin. Selain itu pemamfaatan sampah sebagai biomassa dapat digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik biomassa, sampah-sampah organic seperti tandan kelapa sawit jika dimanfaatkan dengan menggunakan pirolisis maka akan mendapatkan gas methane yang dapat digunakan untuk menggerakan turbin, serta menjadi biogas yang berguna bagi kebutuhan energy rumah tangga.

Limbah perkebunan kelapa sawit juga memegang peran penting dalam potensi biomassa di Indonesia, semua libah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai energy biomassa baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) setiap tahun sedikitnya mencapai: 32,3 juta ton. POME ini dapat menghasilkan biogas. Potensi produksi biogas yang berbahan baku limbah cair tersebut diperkirakan 1.075 juta m3 . Nilai kalor ( heating value ) biogas rata-rata berkisar antara 4700�6000 kkal/m 3 (20�24 MJ/m 3 ). Dengan nilai kalor tersebut, 1.075 juta m 3 biogas akan setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5.052.5 MWh listrik.

Sebuah studi yang dilakukan ADB dan Golder Associate (2006) yang dikutip dalam TNA Sektor Energi (2009) memperkirakan potensi biomassa dari limbah pabrik minyak kelapa sawit di Indonesia setara sekitar 230.530 TJ per tahun dan produksi listrik potensial yang dapat dihasilkan adalah sekitar 4.243.500 MWh per tahun. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan ini adalah potensi TBS sebesar 15,18 juta ton/ tahun, 70% nya digunakan untuk pembangkit listrik yang beroperasi 8000 jam per tahun. Ada beberapa proyek pembangkit listrik berbasis biomassa yang sudah dan sedang dikembangkan di Indonesia. Termasuk diantaranya adalah Proyek BKR Biomass 4 MWe Condensing Steam Turbine di Riau, Proyek Gasifikasi Biomass di Industri Jamur di Jawa Tengah, Pembangkit Listrik Biomassa Mandau di Riau, Proyek Biomassa menjadi Listrik PTIP (7MW) di Riau, Proyek Biomassa menjadi Listrik PTMM 24 MWe di Sumatra Utara, Pembangkit Listrik Biomassa 4 MW dari Kepingan Kayu dan Serbuk Gergaji di Jawa Tengah, Kogenerasi Biomassa Nagamas, Kogenerasi Biomassa Amurang di Sulawesi Utara, MNA Biomass 9.7 MWe Condensing Steam Turbine di Sumatra Utara dan MSS Biomass 9.7 MWe Condensing Steam Turbine di Riau. Pengembangan pembangkit listrik tenaga biomassa ini diharapkan dapat terus dikembangkan karena saat ini potensi yang dimanfaatkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki, Potensi energi biomassa sebesar 50 000 MW hanya 320 MW yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0.64% dari seluruh potensi yang ada. Sudah saatnya pemerintah membuat kebijakan untuk pemamfaatan biomassa dan mengembangkan teknologi pemamfaatan biomassa yang efektif dan efisien demi tercapainya keseimbangan sumber energy sehingga Indonesia kedepannya mampu menjadi lumbung energy dunia untuk biomassa.

Teknologi yang telah dikembangkan saat ini meliputi teknologi pirolisis, gasifikasi, dan karbonisasi. Ketiga teknologi ini sudah digunakan untuk memproses biomassa dan mengkonversinya menjadi bahan bakar yang dapat digunakan seperti arang untuk pembriketan, gas metana untuk biogas, serta biooil untuk bahan bakar. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk skala kecil maupun besar. Sehingga untuk pemamfaatan biomassa tidak terlalu sulit cukup ada keinginan dan pemahaman mengenai teknologi tersebut dan biomassa sudah dapat digunakan untuk skala individu maupun sekelompok masyarakat. Memang saat ini biomassa tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal karena teknologi yang kurang mendukung samahalnya dengan penggunaan energy fosil, awalnya juga kurang efektif namun beriringan dengan perkembangan zaman yang terus kearah majunya teknologi membuat energy fosil ini dapat dikonversikan dengan baik kebentuk energy lain. begitu pula dengan biomassa saat ini belum ditemukan teknologi yang dapat memanfaatkanya selelvel energy fosil namun dengan berkembangnya zaman maka suatu saat nanti biomassa ini pun akan seperti energy fosil. Maka untuk mencapai itu semua biomassa dengan teknologi yang ada saat ini sudah saatnya digunakan sebagai penyeimbang energy fosil, sehingga mampu merangsang untuk perbaikan teknologi selanjutnya yang akan membawa biomassa sebagai sumber energy dunia disamping energy terbarukan yang lainya.

Pemamfaatan biomassa sebagai penyeimbang energy fosil memiliki beberapa keuntungan diantaranya:

a. Mengurangi adanya gas rumah kaca,

Penggunaan biomassa akan membuat sampah organic yang dapat menghasilkan gas metana dapat dimanfaatkan sehingga gas metana yang menyebabkan terbentuknya gas rumah kaca dapat diminimal. Seperti kotoran-kotoran binatang ternak, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi, dan lain-lain.

Selain itu penggunaan biomassa akan mengurangi penggunaan energy fosil yang menyumbang gas-gas rumah kaca terbesar saat ini serta penggunaan biomassa ini akan membuat semakin dimanfaatkan lahan kosong untuk menanam tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan biodiesel seperti jarak pagar, kelapa sawit, dan lain-lain.

b. Melindungi kebersihan air dan tanah

Pemamfaatan biomassa akan memanfaatkan sampah yang berbahaya bagi lingkungan karena akan mencemari lingkungan sekitar seperti air dan tanah. Sampah yang tertimbun akan mengeluarkan cairan yang berbahaya dan diserap oleh tanah dan mencemari air tanah, sedangkan air tanah ini digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi maupun kebutuhan lain. dengan memanfaatkan biomassa sampah langsung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sehingga tidak mencemari air dan tanah.

c. Mengurangi limbah organic.

Samahalnya seperti melindungi kebersihan air dan tanah, pemamfaatan biomassa akan mengurangi limbah organic karena sampah hasil olahan pabrik dapat dimanfaatkan untuk biogas.

d. Mengurangi polusi udara.

Pemamfaatan biomassa seperti biogass, biodiesel, dan briket merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan atau sedikit menghasilkan gas-gas berbahaya yang menyebabkan polusi udara.

Keuntungan-keuntungan penggunaan biomassa akan tercapai jika biomassa dimanfaatkan. Pemamfaatan biomassa tidak harus mematikan penggunaan energy fosil namun sebagai penyeimbang penggunaan energy fosil yang ada saat ini. Sehingga kelangkaan energy fosil dapat diperlambat, dan semakin banyak pilihan sumber energy yang kita gunakan akan semakin membuat kehidupan kita didunia semakin membaik.

Potensi besar yang dimiliki oleh biomassa di Indonesia dapat dijadikan penyeimbang penggunaan energy fosil yang sudah mengarah kepunahan, ini dikarenakan potensi yang dimiliki biomassa diantaranya sampah organic, tumbuh-tumbuhan, limbah pabrik sawit, dan kotoran-kotoran binatang ternak sangat banyak dan mudah ditemukan di Negara agraris seperti indonesia. Selain itu pemamfaatan biomassa akan menghasilkan berbagai macam bahan bakar yang dapat dijadikan penyeimbang energy fosil diantaranya briket, biooil, dan biogas serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan pencemaran lingkungan seperti udara, air dan tanah.

Sumber : http://blog.unsri.ac.id/sodikin/karya-ilmiah/biomassa-sumber-energi-masa-depan-indonesia/mrdetail/31052/

Monday, August 29, 2011

Biomassa, Energi Alternatif dari Limbah Industri Pangan

Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM) membuat harga energi yang tidak bisa diperbarui ini terus meningkat. Lonjakan harga BBM membuat banyak negara kelimpungan. Meski telah lama dilakukan studi untuk mencari sumber energi terbarukan, belum ada solusi nyata yang benar-benar bisa menyamai BBM. Yang terbaru dan sudah mulai dikomersialkan adalah pemanfaatan minyak sawit dan buah jarak untuk menghasilkan biofuel.

Upaya untuk mencari sumber energi terbarukan tidak berhenti sampai di situ. Kini, para ilmuwan tengah berupaya menafaatkan limbah industri pangan untuk menghasilkan energi. Biomassa namanya. Biomassa merupakan energi yang dihasilkan dari limbah industri pangan, seperti limbah minyak kelapa sawit (CPO), limbah padi dan limbah pabrik gula.

Selain itu biomassa juga dapat dikembangkan dengan memanfaatkan limbah pengembangan bioetanol (tebu dan singkong), limbah biodiesel dan biooil (sawit dan jati). Pengembangan biomassa yang memanfaatkan limbah pertanian, kehutanan maupun industri perkebunan, bukan bahan pangan, merupakan alternatif dalam pengembangan energi dari sumber terbarukan yang akan menjadi pengganti BBM. Pasalnya, di abad 21 ini salah satu masalah global yang sedang dihadapi banyak negara adalah kompetisi antara kecukupan pangan, jaminan ketersediaan energi dan perlindungan lingkungan. Mengingat pentingnya pengembangan biomasa itu, Jepang telah mengajak beberapa negara, termasuk Indonesia untuk bersama-sama meneliti dan mengembangkan energi tersebut.

Kerja Sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan National Institute for Advance Industrial Science and Technology (AIST) Jepang menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang pengembangan biomassa di Indonesia. Melalui kerja sama tersebut, kedua pihak akan meneliti, mengembangkan, dan merekayasa teknologi biomassa untuk pembangkit listrik. Menurut Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Wahono Sumaryono, diperkirakan jumlah limbah dari industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan mencapai 12 juta ton per tahunnya. Dengan ketersediaan limbah tersebut, menurut dia, sebenarnya nilai potensial biomassa yang bisa dikembangkan di Indonesia mencapai 49,81 giga watt (GW). Sementara itu, yang saat ini telah dikembangkan nilainya baru mencapai 0,3 GW.

�Biomassa, saat ini memang lebih banyak dikembangkan di Indonesia karena di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman dan Jepang, teknologi itu masih dalam tahap penelitian. Dan kemungkinan energi biomassa baru bisa dikomersialisasi mulai 8 � 10 tahun mendatang,� kata Wahono usai penandatangan MoU dengan AIST di Jakarta. Menurut dia, pada 2005 lalu, jumlah limbah industri hasil pertanian, kehutanan yang telah dikembangkan untuk biomassa di Indonesia baru sekitar 5,2 juta ton. Kerja sama pengembangan biomassa antara Indonesia melalui BPPT dengan AIST tersebut merupakan implementasi dari Prakarsa Biomassa Asia. Inisiatif ini melibatkan negara-negara di kawasan Asia yang kaya akan sumber biomassa.

Potensial Dalam kerja sama tersebut, AIST akan didukung oleh New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO). Menurut Direktur Pusat Riset Teknologi Biomassa AIST Kinya Sakanissi, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat berpotensi mengembangkan biomassa di Asia. Pasalnya, Indonesia memiliki daerah pertanian yang luas. Di samping itu, pengembangan biomassa di Indonesia juga sangat diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Karena pemanfaatan tebu dan singkong untuk bioetanol terkait juga dengan kebutuhan masyarakat untuk bahan pangan.

Dengan demikian, pengembangan biomassa dengan memanfaatkan berbagai limbah, seperti limbah pertanian, kehutanan dan industri perkebunan akan lebih menguntungkan. �Selain itu, energi biomassa juga merupakan energi yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas buang,� kata Sakanissi. Dalam rangka pengembangan sumber energi alternatif penggati BBM, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) N0.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dengan merujuk pada pemanfaatan biofuel dan biomassa. Dalam kaitan itu, pemerintah telah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai program nasional yang melibatkan seluruh stakeholder, termasuk pemerintah daerah (pemda).

Sumber : http://www.alpensteel.com/article/60-108-energi-bio-fuel/749--biomassa-energi-alternatif-dari-limbah-industri-pangan.html

Wednesday, July 27, 2011

Perhutani Siap Kembangkan Sumber Energi berbasis Biomassa

Perum Perhutani bersama Korea Green Promotion Agency (KGPA) dan PT Solar Park Indonesia (SPI) menandatangani MoU penanaman pohon biomassa dan pabrik pembuatan pellet kayu untuk kepentingan bioenergi Selasa (19/7). Penandatangan MoU dilakukan pada acara 5th Indonesia Korea Forest Forum (IKFF) di Hotel Gumaya Tower Semarang.

Kesepakatan ini menindaklanjuti MoU Kerjasama Pengembangan Industri Energi Biomassa dari kayu antara Menteri Kehutanan RI dan Minister of Korea Forest Service 6 Maret 2009 serta MoU mengenai Studi Kelayakan Pengembangan Pabrik Pellet Kayu dan Hutan Tanaman di Jawa Tengah antara Perum Perhutani dan PT. Solar Park Indonesia, 3 Juni 2009.

Dengan MoU ini para pihak bersepakat untuk membangun 10.000 Ha tanaman biomassa, terdiri dari 3.000 Ha di Jawa Barat, 3.500 ha di Jawa Tengah dan 3.500 ha di Jawa Timur serta pabrik pengolahan pelletnya. Luas tersebut dapat dikembangkan sampai dengan 30.000 ha sesuai dengan perkembangan yang ada. Pellet kayu merupakan produk bahan bakar terbarukan yang dihasilkan dari biomassa kayu. Produk ini kini banyak digunakan oleh Negara-negara di Eropa untuk menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil ataupun nuklir.

Menurut Direktur PT Solar Park Indonesia, Park See Woo, kayu yang diolah menjadi pellet tidak membutuhkan kayu dengan kualitas bagus. �Kami menggunakan limbah untuk bahan baku pellet,� kata Park. Dengan diolah menjadi pellet, lanjut Park, maka tidak ada limbah yang terbuang, sehingga lebih menguntungkan.

Yang lebih istimewa adalah pabrik pengolahannya yang bisa dibuat dengan system portable. Ini seperti terlihat pada kunjungan lapangan para peserta IKFF. Untuk kepentingan acara tersebut, Park sengaja memboyong pabrik pengolahan pellet portable miliknya dari Wonosobo ke Kendal.

Sumber : http://www.bumn.go.id/perhutani/publikasi/siaran-pers/perhutani-siap-kembangkan-sumber-energi-berbasis-biomassa/